SIPANTA NEWS : Jurnalis Simpata News pada hari
jum,at tanggal 26 februari 2016 mengikuti sembahyang jum,at di mesjid Anyer,
ada yang menarik dari tema yang dibawakan oleh khotib yaitu bagaimana kita bisa
berjihad melawan hawa nafsu .Semua maklum bahawa hukum
berjihad adalah wajib, tetapi bagaimana kedudukannya dalam Islam? Di dalam
Islam kedudukan jihad jatuh nombor tiga setelah rukun Iman dan rukun Islam.
Mengapa jihad itu dianggap besar?
Setelah Rukun Iman dan Rukun
Islam, jihad adalah yang paling utama, dia menjadi nombor satu, dia jadi besar.
Mengapa?
Kita cuba ambil satu
ayat Quran, Allah berfirman, “Innallahastara minal mukminina anfusahum
waamwalahum liannahumul jannah. ”
Maksudnya, “Sesungguhnya Allah akan membeli pada diri orang-orang beriman itu dirinya dan harta-hartanya dengan balasan syurga “.
Maksudnya, “Sesungguhnya Allah akan membeli pada diri orang-orang beriman itu dirinya dan harta-hartanya dengan balasan syurga “.
Itu tawaran Allah,
karena jihad itu besar maka disuruh beli. Jihad itu ada yang lahir ada yang
batin. Dari segi lahirnya jihad menentukan hidup mati Islam. Kalau ada jihad
hiduplah, kalau tidak ada jihad matilah. Dari segi batin, jihad menentukan
seseorang itu terbangun insaniahnya atau sebaliknya. Tidak ada jihad punahlah
insaniahnya.
Jihad secara lahiriah
semua sudah tahu iaitu membangun ekonomi Islam, membangun sistem hidup Islam,
membangun pendidikan Islam, membangun kebudayaan Islam, membangun kesihatan
Islam, berperang jika terpaksa dan lain-lain. Tetapi Rasulullah SAW sangat
menekankan tentang adanya jihad yang batin, maknawi atau jihad melawan hawa
nafsu. Ketika balik dari satu peperangan yang dahsyat melawan kaum musyrikin,
Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud :
Kita baru kembali dari
satu peperangan yang kecil untuk memasuki peperangan yang lebih besar. Sahabat
terkejut dan bertanya, “Peperangan apakah itu wahai Rasulullah ? ” Baginda
berkata, “Peperangan melawan hawa nafsu.” (Riwayat Al Baihaqi)
Rasulullah mengajak
kita untuk meninggalkan satu peperangan, satu perjuangan atau satu jihad yang
kecil untuk dilatih melakukan satu perjuangan atau jihad yang besar iaitu jihad
melawan nafsu. Orang yang berperang melawan nafsu ini nampak seperti duduk-duduk
saja, tidaklah sesibuk orang lain, tapi sebenarnya sedang membuat kerja yang
besar iaitu berjihad melawan nafsu.
Melawan hawa nafsu atau
mujahadatun nafsi sangat susah. Mungkin kalau nafsu itu ada di luar jasad kita
dan bisa kita pegang, mudahlah kita menekan dan membunuhnya sampai mati. Tetapi
nafsu kita itu ada di dalam diri kita, mengalir bersama aliran darah dan
menguasai seluruh tubuh kita. Karena itu tanpa kesedaran dan kemahuan yang
sungguh-sungguh kita pasti dikalahkan untuk diperalat sekehendaknya.
Nafsu jahat dapat
dikenal melalui sifat keji dan kotor yang ada pada manusia. Dalam ilmu tasawuf,
nafsu jahat dan liar itu dikatakan sifat mazmumah. Di antara sifat-sifat
mazmumah itu ialah sum’ah, riya’, ujub, cinta dunia, gila pangkat, gila harta,
banyak bicara, banyak makan, hasad, dengki, ego, dendam, buruk sangka,
mementingkan diri sendiri, pemarah, tamak, serakah, bakhil, sombong dan
lain-lain. Sifat-sifat itu melekat pada hati seperti daki melekat pada badan.
Kalau kita malas menggosok sifat itu akan semakin kuat dan menebal pada hati
kita. Sebaliknya kalau kita rajin meneliti dan kuat menggosoknya maka hati akan
bersih dan jiwa akan suci.
Nafsu itulah yang lebih
jahat dari syaitan. Syaitan tidak dapat mempengaruhi seseorang kalau tidak
meniti di atas nafsu. Dengan kata lain, nafsu adalah ‘highway’ atau jalan bebas
hambatan untuk syaitan. Kalau nafsu dibiarkan, akan membesar, maka semakin
luaslah ‘highway’ syaitan. Kalaulah nafsu dapat diperangi, maka tertutuplah
jalan syaitan dan tidak dapat mempengaruhi jiwa kita. Sedangkan nafsu ini
sebagaimana yang digambarkan oleh ALLAH sangat jahat.
” Sesungguhnya hawa
nafsu itu sangat membawa pada kejahatan ”
(Yusuf: 53)
(Yusuf: 53)
Dan ini dikuatkan lagi
oleh sabda Rasulullah; “Musuh yang paling memusuhi kamu adalah nafsu yang ada
di antara dua lambungmu “.
Nafsu inilah yang
menjadi penghalang utama dan pertama, kemudian barulah syaitan dan
golongan-golongan yang lain. Memerangi hawa nafsu lebih hebat daripada
memerangi Yahudi dan Nasrani atau orang kafir. Sebab berperang dengan orang
kafir cuma sekali-sekali.
Nafsulah penghalang
yang paling jahat. Mengapa? Kalaulah musuh dalam selimut, itu mudah dan dapat
kita hadapi. Tetapi nafsu adalah sebahagian dari badan kita. Tidak sempurna
diri kita jika tidak ada nafsu. Ini yang disebut musuh dalam diri. Sebahagian
diri kita, memusuhi kita. Ia adalah jizmullatif – tubuh yang halus yang tidak
dapat dilihat dengan mata kepala, hanya dapat dirasa oleh mata otak (akal) atau
mata hati. Oleh itu tidak dapat kita buang. Sekiranya dibuang kita pasti mati.
Nafsu adalah penghalang
yang besar. Kalau hendak solat bukan mudah untuk mujahadah. Akhirnya terlambat
solat subuh. Siapa yang membisikkan kepada kita? Itulah nafsu. Bukan mudah
hendak berjuang dan berkorban. Bukan mudah hendak sabar apabila berhadapan
dengan ujian. Bukan mudah untuk sabar, tidak berdendam dan membalas kejahatan
musuh dengan doa dan kebaikan. Bukan mudah sebab nafsu tidak mahu. Begitu juga
tidak mudah untuk menahan marah dan hendak memberi maaf orang yang berbuat
salah dengan kita? Kita rasa terhina hendak memaafkan orang yang bersalah
dengan kita. Lebih-lebih lagi kita yang bersalah, hendak minta maaf lebih sukar
lagi. Terasa tergugat ego kita. Lebih-lebih bila ada jabatan dan pengaruh.
Bukan mudah untuk ikut syariat, jika nafsu mengatakan jangan. Sebab itu barang
siapa yang berjaya melawan hawa nafsu ia dianggap wira, hero atau pahlawan.
Dianggap orang berani dan luar biasa. Sebab itu ada Hadis yang mengatakan;
“Tidak dianggap
seseorang itu berani bila ia dapat mengalahkan musuhnya, tetapi dianggap
berani, jika seseorang itu dapat melawan hawa nafsunya.
” Bukannya seperti yang
terjadi hari ini, gelar “Tokoh” atau “wira” yang dikurniakan kepada seseorang,
bila kita tinjau kehidupan mereka, kebanyakan mereka yang sudah dikalahkan oleh
hawa nafsu. Itulah wira yang palsu. Wira yang sebenarnya wira ialah orang yang
dapat mengalahkan hawa nafsunya. Inilah yang dikatakan pejuang yang hakiki.
Selama hawa nafsu tidak dapat diperangi selama itulah seseorang tidak akan
tertuju kepada ALLAH. Tidak akan dapat benar-benar berkhidmat kepada ALLAH.
Tidak akan jatuh cinta dengan ALLAH. Tidak akan memberi ketaatan yang
sesungguhnya kepada ALLAH. Kalau nafsu tidak diperangi, tidak akan dapat hidup
dalam kebenaran. Hidup dalam pimpinan ALLAH. Firman Allah dalam Al Qur’an
maksudnya :
“Mereka yang berjuang
untuk melawan hawa nafsu karena hendak menempuh jalan Kami, sesungguhnya Kami
akan tunjuki jalan Kami. Sesungguhnya ALLAH itu beserta dengan orang yang buat
baik”.
Ini jaminan dari Allah.
Siapa sanggup melawan hawa nafsu, Allah akan tunjukkan satu jalan hingga diberi
kemenangan, diberi bantuan dan tertuju ke jalan yang benar. Inilah rahsia untuk
mendapat pembelaan dari Allah.
Ertinya mereka mendapat
pembelaan dari Allah sejak di dunia. Jadi siapa saja yang sanggup melawan hawa
nafsu, dia adalah rijalullah (orang Allah, keluarga Allah, kepunyaan Allah,
tentera Allah) Siapa yang menjadi kepunyaan Allah atau tentera Allah, dia akan
dibantu oleh Allah. Tapi selama belum menjadi tentara Allah, sebaliknya menjadi
tentera manusia atau tentera syaitan, Allah akan biarkan. Kalau diberi
kemenangan, atas dasar kuat, bukan atas dasar bantuan. Manakala yang lemah akan
diberi kekalahan.
Jadi seseorang itu
mesti sanggup melawan hawa nafsu. Kalau tidak, banyak ajaran Islam yang
terabaikan, banyak perintah ALLAH yang dilalaikan. Bila tidak dapat melawan
hawa nafsu, banyak larangan ALLAH yang akan terbuat. Jadi hanya dengan
melakukan mujahadatunnafsi, barulah ajaran Islam itu dapat kita amalkan
sungguh-sungguh dan barulah maksiat lahir dan batin dapat kita tinggalkan,
karena nafsu yang sangat menghalang itu sudah tidak ada lagi. Nafsu itu sudah
kita didik, sudah kita kalahkan, dan sudah menjadi tawanan kita.
0 comments:
Post a Comment